abstrak.id – 3 bocah asal Kota Gorontalo, sempat kabur saat menjalani program rehabilitasi rawat inap di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) Ummu Syahidah Gorontalo.
Ketiganya kabur dengan cara menyelinap keluar dari ruang rawat inap lalu memanjat dinding pembatas setinggi 3 meter, pada ahad dini hari (13/12/2020).
Ketiga bocah tersebut masing-masing berinisial MFA (12), RRI (13) dan PRD (13). Mereka merupakan korban penyalahgunaan Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) jenis Inhalensia atau zat lem.
Informasi yang dirangkum abstrak.id, ketiga bocah asal Kota Gorontalo itu merupakan korban penyalahgunaan lem kalengan untuk lem material kayu, seperti Eha-Bond dan lem Fox. Sehingga membuat ketiganya sering kesulitan dalam berkonsentrasi dan juga kerap berhalusinasi.
Bahkan ketika menjalani rehabilitasi di IPWL Ummu Syahidah Gorontalo ketiganya sempat kabur. Bukan karena diperlakukan tidak baik, melainkan mereka ingin bergabung bersama teman-teman seperkumpulan untuk melakukan aktivitas seperti bermain dan nongkrong.
“Iya benar, mereka sempat kabur pada Minggu pagi (13/12/2020) sekitar pukul 05.30 Wita, dengan cara mencabut tangga di ranjang susun, lalu memanjat tembok setinggi 3 meter,” ujar Ketua Yayasan Dharma Bakti Ummu Syahidah, Idah Syahidah, Rabu (16/12/2020).
Idah menjelaskan setelah melakukan pencarian pada klien yang dibantu oleh orang tua dan aparat, ketiga bocah tersebut berhasil diantarkan kembali ke IPWL untuk mendapatkan pembinaan dan bimbingan dalam rangka proses rehabilitasi.
Sebab kondisi mental ketiganya sudah mulai mengalami gangguan akibat aktif menghirup lem (ngelem, red) dalam kurun waktu dua tahun, walaupun telah sering mendapatkan teguran dan hukuman dari orang tua.
“Dalam menjalani proses rehabilitasi ketiganya kerap berhalusinasi dan sulit berkonsentrasi. Sebab Mereka sudah 2 tahun aktif menghirup lem,” ungkap idah
Idah menjelaskan, selama sepekan ini ketiga bocah tersebut dilakukan proses detoksifikasi di kamar secara terpisah. Mereka juga akan mengikuti rangkaian proses terapi keluarga dan pekerja sosial tengah berupaya menyiapkan lingkungan sosial para klien ini sehingga mereka siap kembali ke masyarakat.
Ia juga menambahkan minimnya aktivitas yang positif seperti belajar di sekolah maupun di rumah membuat para klien terjerumus pada penyalahgunaan Napza.
“2 dari 3 klien ini telah putus sekolah dan nantinya akan dilakukan intervensi untuk melanjutkan sekolah. Pendidikan adalah hak dasar dari seorang anak untuk meraih masa depan yang lebih baik,” ucap istri orang nomor satu di Gorontalo.
Idah menuturkan proses rehabilitasi dengan pendekatan Pekerjaan Sosial yang mencakup penanganan individu/keluarga, kelompok dan masyarakat serta berbasis pada cakupan Biopsikososial Spiritual (BPSS) diyakini adalah pendekatan rehabilitasi yang efektif pada proses penanganan permasalahan sosial seperti permasalahan Narkoba/Napza.
Ia meyakini, proses rehabilitasi seperti ini akan mendapatkan hasil maksimal apabila dalam prosesnya keluarga serta masyarakat diberikan peran dalam mengambil bagiannya masing-masing sehingga klien tidak hanya menjadi baik dalam tempat rehab saja, melainkan juga di lingkungan sosial keluarga dan masyarakat. (RA – 01)